Rabu, 18 November 2015

Kereta Api Sumatra


PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung

Logo KAI 2011.png
PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung
Kantor Daop/Divre
Provinsi Sumatera Selatan
Kota Palembang
Kecamatan Seberang Ulu II
Kelurahan 13 Ulu
Alamat Jalan Jenderal Achmad Yani No. 541
Kode pos 30263
Informasi lain
Singkatan Daop/Divre KPT (Subdivre III.1)
TNK (Subdivre III.2)
Stasiun tertinggi +129 m (Lubuklinggau)
Karakteristik jalur Mayoritas lintas datar,
emplasemen stasiun kecil dapat mencapai kurang lebih 1 kilometer,
KA batubara lebih sering diproritaskan dibandingkan KA penumpang.
Batas kecepatan tertinggi yang diizinkan 70 s.d. 90 km/jam

Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung (Divre III Sumsel & Lampung) adalah Divre KAI dengan wilayah kerja Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.

Daftar isi


Gambaran Umum

Perhitungan jarak rel kereta api dimulai dari stasiun Panjang, Lampung (KM 0) yang telah ditutup sejak beroperasinya Pelabuhan Bakauheni yang menghentikan hegemoni pelayanan kapal penumpang dari pelabuhan Panjang yang terintegrasi dengan jalur kereta api melalui stasiun Panjang. Dari pelabuhan tersebut, ruas jalur kereta api berakhir di Stasiun Prabumulih (Sumatera Selatan) km 332+705. Setelah itu jalur kereta api di Stasiun Prabumulih bercabang dua ke barat dan timur.

Ke arah barat, jalur kereta berakhir di Lubuklinggau (Sumatera Selatan) di Km 549+448, sedangkan ke arah timur kereta berakhir di Kertapati (Palembang, Sumatera Selatan) di km 400+102.

Salah satu keunikan di Divre III ini ialah stasiun pada kota besar satu-satunya di wilayah kerjanya yaitu Palembang tidak terletak di pusat kota seperti halnya kota Bandarlampung yang memiliki Tanjungkarang tepat berada di pusat kota. Kertapati yang tepat berada di tepian sungai Musi menjadi stasiun ujung (rel spoor badug) , dimana jalurnya tak terhubung ke pusat kota sebab kemungkinan Belanda kesulitan untuk membangun jembatan KA melintasi sungai Musi pada masa lalu. [1]

Sejarah


Foto udara rel KA dari salah satu sudut wilayah

Lampung pada zaman Hindia Belanda
Sekitar tahun 1911, transmigran pulau Jawa yang didatangkan Hindia Belanda ke Lampung pada 1905 berhasil membangun perkebunan kaitsyuk, tembakau, kopi, karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit. Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia lalu menganggap sarana angkutan hasil-hasil bumi dari Sumatera Selatan ke pulau Jawa jika terlalu mengandalkan pelayaran laut terlalu banyak memakan biaya dan waktu serta sulit memasuki pelabuhan di Palembang, Krui, dan Menggala. Maka diputuskan reduksi biaya transportasi dan waktu pengiriman hasil bumi dengan membangun rel kereta api dari Palembang ke Tanjungkarang.

Adapun rel KA pertama di Pulau Sumatera dibangun di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), kemudian Sumatera Selatan (1911). Tahun 1911, pembangunan rel KA dimulai oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mengerahkan ribuan orang di Palembang dan di Tanjungkarang.

Rel KA antara Tanjungkarang dan Palembang banyak melintasi hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa. Jalur KA ini berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa, di mana rel KA dibangun melintasi perkampungan-perkampungan. Penyebabnya, rel KA di Pulau Jawa disiapkan untuk angkutan manusia, sedangkan rel KA ini disiapkan Belanda untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.

Lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung. Jalur rel ini mulai dilalui kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas Prabumulih hingga Prabumulih mencapai jarak 78 kilometer.

Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan batu bara dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke Lahat. Di Lahat ada sebuah bengkel besar kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa Lahat) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api. [2]

Akhirnya pemerintah Hindia Belanda melalui Zuid Soematera Spoorwegen (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di Lampung dan Sumatera Selatan hingga 529 km. Seluruhnya merupakan rel selebar 1.067 mm. Sementara mayoritas negara menggunakan rel selebar 1.435 mm yang menjaga stabilitas kereta lebih baik agar bisa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi .

Awalnya, ZSS berencana membangun rel hingga Tapanuli tetapi dihempaskan kebangkrutan perusahaan akibat resesi setelah Perang Dunia I, yaitu Great Depression yang ternyata berdampak ke rel di Sumatera. [3]

Pembangunan Rel KA pada Masa Depan
Sekian lama setelah Indonesia merdeka dan mengelola perkeretaapian di Sumbagsel melalui PT KAI, maka disusunlah rencana pembangunan rel kereta api penghubung Bengkulu dengan Muaraenim yang akan dibangun mulai tahun 2015. Adapun rel kereta api di Bengkulu difokuskan untuk angkutan batu bara seperti umumnya kereta api di Sumbagsel.[4]

Pembagian Wilayah Kerja

Karena wilayah kerja Divre III ini cakupannya cukup luas dibandingkan kedua divre lain di Sumatera dan meliputi dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Lampung, maka dibagilah dua wilayah (subdivre) dengan fungsi operasional yang serupa dengan Daop KAI di pulau Jawa, namun dengan tingkatan administratif dalam lingkup KAI yang lebih rendah daripada Divre maupun Daop. Divre III memiliki dua subdivre sebagai berikut:
  • Sub Divre III.1 Kertapati (KPT)
  • Sub Divre III.2 Tanjungkarang (TNK)

Layanan Kereta Api

Kereta Penumpang

Pengangkutan Barang[5]

Stasiun kereta api


Peta Jalur Kereta Api di Divre III Sumatera Selatan dan Lampung (klik untuk perbesar)
  1. Stasiun Panjang (PJN)
  2. Stasiun Pidada (PID)
  3. Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
  4. Stasiun Tanjungkarang (TNK)
  5. Stasiun Labuanratu (LAR)
  6. Stasiun Gedungratu (GDR)
  7. Stasiun Rejosari (RJS)
  8. Stasiun Branti (BTI)
  9. Stasiun Tegineneng (TGI)
  10. Stasiun Rengas (RGS)
  11. Stasiun Bekri (BKI)
  12. Stasiun Hajipemanggilan (HJP)
  13. Stasiun Sulusuban (SLS)
  14. Stasiun Blambanganpagar (BBA)
  15. Stasiun Kalibalangan (KAG)
  16. Stasiun Candimas (CMS)
  17. Stasiun Kotabumi (KB)
  18. Stasiun Cempaka (CEP)
  19. Stasiun Negararatu (NRR)
  20. Stasiun Tulungbuyut (TLY)
  21. Stasiun Negeriagung (NGN)
  22. Stasiun Blambanganumpu (BBU)
  23. Stasiun Giham (GHM)
  24. Stasiun Tanjungrajo
  25. Stasiun Waytuba (WAY)
  26. Stasiun Waypisang (WAP)
  27. Stasiun Martapura (MP)
  28. Stasiun Gilas (GLS)
  29. Stasiun Airtuba
  30. Stasiun Sepancar (SPC)
  31. Stasiun Kemelak
  32. Stasiun Baturaja (BTA)
  33. Stasiun Tigagajah (TJH)
  34. Stasiun Lubukbatang
  35. Stasiun Belatung (BLT)
  36. Stasiun Kepayang
  37. Stasiun Belimbingairkaka (BIK)
  38. Stasiun Durian
  39. Stasiun Lubukrukam (LRM)
  40. Stasiun Peninjawan (PNW)
  41. Stasiun Talangbaru
  42. Stasiun Metur (MET)
  43. Stasiun Kotabaru (KOB)
  44. Stasiun Pagargunung (PGG)
  45. Stasiun Airasam (ASM)
  46. Stasiun Sukamerindu
  47. Stasiun Tanjungrambang (TJR)
  48. Pos Blok X5
  49. Stasiun Prabumulih (PBM)
  1. Simpang KM 3
  2. Stasiun Sukamenanti (SKM)
  3. Stasiun Tarahan (THN)
  • Jalur kereta api Garuntang-Telukbetung
  1. Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
  2. Stasiun Telukbetung (TK)
  1. Stasiun Prabumulih (PBM)
  2. Stasiun Lembak (LEB)
  3. Stasiun Karangendah (KED)
  4. Stasiun Gelumbang (GLB)
  5. Stasiun Serdang (SDN)
  6. Stasiun Payakabung (PYK)
  7. Stasiun Simpang (SIG)
  8. Stasiun Kertapati (KPT)
  1. Stasiun Simpang (SIG)
  2. Stasiun Indralaya (IDR)
  • Jalur Muaragula-Tanjungenim Baru
  1. Stasiun Muaragula (MRL)
  2. Stasiun Tanjungenim Baru (TMB)
Keterangan :
  • Stasiun besar ialah stasiun yang tertulis tebal miring.
  • Stasiun menengah ialah stasiun yang tertulis tebal.
  • Stasiun kecil ialah stasiun yang tertulis normal.
  • Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.

Bengkel dan sarana perawatan

Dipo Lokomotif Kertapati (KPT)

Di dipo lokomotif inilah terdapat lokomotif CC201 hidung miring,dengan eksterior seperti CC203. Di sini banyak terdapat lokomotif-lokomotif merah dan seluruh lokomotif CC204 generasi kedua untuk dinasan KA Batubara Kertapati, KA Batubara Kontener SCT, KA Pulp PT TEL, serta KA penumpang. Di sini pula terdapat armada KRD dan Railbus, serta memiliki KAIS (Kereta Api Inspeksi). Namun, dipo ini tidak memiliki turn table.

Dipo Lokomotif Tanjung Karang (TNK)

Dipo lokomotif ini terletak di ibukota Lampung, yaitu Bandar Lampung. Dipo ini merupakan dipo lokomotif terbesar di pulau Sumatra. Dipo ini merupakan masih satu-satunya dipo yang memiliki lokomotif CC202 dan CC205 untuk melayani dinasan KA batubara atau yang dikenal dengan istilah KA Babaranjang. Fasilitas di dipo ini pun sangat memadai, dipo ini memiliki turntable dan baloon loop untuk memutar lokomotif. Dipo ini juga memiliki kereta derek (crane) yang bernama "Gajah Lampung."

Sub-Dipo Lokomotif

Nama Sub-Dipo Kode Sub-Dipo Tempat
Sub-Dipo Lokomotif Lubuklinggau LLG Divre III Sumatera Selatan
Sub-Dipo Lokomotif Lahat LT Divre III Sumatera Selatan
Sub-Dipo Lokomotif Prabumulih PBM Divre III Sumatera Selatan
Sub-Dipo Lokomotif Tarahan THN Divre III Sumatera Selatan

Dipo Gerbong

  • Dipo Gerbong Rejosari (RJS)[6]
  • Dipo Gerbong Tanjungenim Baru (TMB)[7]

Balai Yasa Lahat

Balai yasa ialah satuan tugas PT. KAI yang berfungsi sebagai "bengkel" komponen kereta api, adapun balai yasa Lahat melayani perawatan kereta api di wilayah Sumbagsel. Balai yasa dibangun bersamaan dengan dibangunnya jalan rel Muara Enim - Lahat pada tanggal 21 April 1924 oleh SS dan baru beroperasi tahun 1931 dengan nama Werkplaats.
Awalnya balai yasa ini hanya untuk perawatan gerbong, kereta kayu, dan lokomotif uap. Tahun 1952 mulai merawat kereta baja buatan Beijnes Beverwijk. Lalu tahun 1957 mulai melaksanakan perawatan lokomotif diesel elektrik BB200. Terakhir, pada tahun 1984 melalui Proyek KP3BAKA, balai yasa Lahat diperbarui untuk mendukung KKBW untuk RCD dan lokomotif CC202 bergandar 18 ton. [8]

Galeri

Lokomotif CC300

Lokomotif CC300

LOKOMOTIF CC300
Lokomotif CC300
Lokomotif CC 300 01 saat sedang test run.
Sumber tenaga: Diesel hidraulik
Perusahaan pembuat: PT Industri Kereta Api (Persero)
Model: INKA CC 300
Tanggal dibuat: 2012-2014
Data teknis
Roda
Susunan roda AAR: C-C
Klasifikasi UIC: Co'Co'
Dimensi
Lebar sepur: 1.067 mm
Panjang: 14.135 mm
Lebar: 2.642 mm
Tinggi (maksimum): 3.575 mm
Berat
Berat kosong: 84 ton
Bahan bakar dan kapasitas
Jenis bahan bakar: High-Speed Diesel
Kapasitas bahan bakar: 3.800 liter
Mesin, motor traksi, dan converter
Penggerak utama: Caterpillar 3512B HD, V-12
Generator: Caterpillar C18
Transmisi dan kinerja
Transmisi: Voith Turbo Transmission L620reU2
Kecepatan maksimum: 120 km/jam
Daya mesin: 2.500 hp
Gaya traksi: 270 kN
Lain-lain
Rem lokomotif: Pneumatic brake, rem udara tekan
Informasi kepemilikan
Perusahaan pemilik: Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
Pertama dinas Test run tahun 2012 2013-saat ini (khusus untuk dinas Ditjen Perkeretaapian)
Catatan kaki: [1]
Lokomotif CC 300 adalah salah satu lokomotif diesel hidraulik di Indonesia milik Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang digunakan khusus untuk keperluan dinas Ditjen Perkeretaapian[2]. Lokomotif dengan dua kabin masinis ini dibuat oleh PT INKA. Desain dan integrasi sistemnya murni hasil pemikiran insinyur Indonesia. Akan tetapi, meskipun milik Ditjen Perkeretaapian, namun loko ini tetap dioperasikan oleh PT KAI.
Lokomotif CC 300 saat menjalani test run.
Bagian ujung lokomotif CC 300.
Lokomotif ini mempunyai panjang 14.135 mm, lebar 2.642 mm, tinggi 3.575 mm, dan berat 84 ton.[1] Kecepatan maksimalnya adalah 120 km/jam, daya mesinnya adalah 2500 hp dan memiliki gaya traksi sebesar 270 kN untuk starting (saat lokomotif mulai bergerak dari keadaan berhenti total). Mesinnya memakai mesin diesel Caterpillar tipe 3512B HD (Caterpillar Seri 3500, konfigurasi V-12 (kode angka 12 pada 3512), long stroke (kode B), diameter silinder x langkah silinder = 170 mm × 215 mm, perbandingan kompresi = 15,5:1) dengan transmisi hidraulik Voith Turbo Transmission L620reU2. Sistem pengereman memakai produk Westinghouse Air Brake Technologies (Wabtec), master controller memakai produk Woojin dari Korea Selatan, juga dilengkapi dengan generator set (genset) CAT C18 dari Caterpilar sehingga tidak memerlukan kereta pembangkit jika menarik rangkaian kereta penumpang.
Saat ini sudah ada 7 unit lokomotif CC 300 (CC 300 12 01, CC 300 12 02, CC 300 12 03, CC 300 13 01, CC 300 13 02, CC 300 14 01, CC 300 14 02) yang dibuat oleh PT Inka dan sedang menjalani test run di pabrik PT INKA. Direncanakan lokomotif ini akan ditempatkan di beberapa dipo lokomotif yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurut Agus Purnomo, Direktur Utama Inka, lokomotif ini cukup handal karena tahan banjir. Ia juga mengatakan bahwa proyek CC 300 adalah bekerjasama dengan Kemenhub, maka ada beban biaya pengembangan yang ditanggung oleh Inka. Sebesar Rp30 miliar rupiah dari Pemerintah Indonesia (PT INKA ikut membayar juga) telah dibayarkan untuk mengembangkan proyek lokomotif made in Indonesia itu. meskipun ketinggian banjir mencapai 1 meter, KA yang ditariknya masih bisa melaju. Sesungguhnya pengembangan lokomotif Inka itu sejak 2009, dan tidak menutup kemungkinan jika loko ini akan segera diekspor ke seluruh dunia, terutama bagi negara yang lintas KA-nya memiliki persoalan banjir.[3]
Lokomotif CC 300 diluncurkan pada tanggal 20 Mei 2013 bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.[4]

Lihat pula

Referensi

Sabtu, 14 November 2015

Kereta Api kelas Eksekutif

Kereta api eksekutif

Eksekutif campuran Kereta api Sawunggalih Utama.
Kereta api eksekutif Bima tiba diStasiun Gambir
Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburanselama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan, penumpang dapat juga memesan makanan danminuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi (kereta makan) yang didesain sebagai mini bar yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berkaraoke.
Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201CC203, dan CC204. Namun kini, CC206ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC204 mulai berdinas di Sumatera Selatan.
Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.

Kelas ArgoSunting

Peta jalur kereta api kelas eksekutif Argo. Masih ada nama Argo Gede dan belum ada Argo Parahyangan (penggantinya).
Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50/52 orang per kereta. Penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan namagunung yang berada dekat dengan kota tujuan kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek tujuanSurabaya, gunung Bromo tidak jauh dengan kota Surabayakereta api Argo Wilis tujuan Surabaya, gunung Wilis tidak jauh dengan kota Madiunkereta api Argo Muria tujuan Semarang, gunung Muria tidak jauh dengan kotaSemarangkereta api Argo Sindorotujuan Semarang, gunung Sindoro tidak jauh dengan kota Semarang,. Begitu pula dengan kereta api Argo Lawutujuan Solo, Gunung Lawu tidak jauh dengan kota Solo.
Pengecualian berlaku untuk kereta apiArgo JatiArgo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosokWalisongoSunan Gunung Jati, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Nama Dwipangga sebenarnya berartigajah.
Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[1] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.

SejarahSunting

Kelas argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede, juga munculnya Argo Lawu pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo diganti dengan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria 1 menjadi Argo Sindoro, dan lahir juga KA Argo Jati pada 2007.

Kereta dan fasilitasSunting

KA Argo menggunakan KA terbaik dari INKA, yang dibuat antara tahun 1995 untuk KA Argo Bromo (sekarang menjadi milik KA Bima) dan Argo Gede (sekarang menjadi milik KA Argo Jati yang akhirnya menjadi milik KA Cirebon Ekspres), 1996 untuk KA Argo Lawu (sekarang dialokasikan juga ke KA Argo Dwipangga, Taksaka, dan Sancaka), 1997 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria, 1998 untuk KA Argo Wilis dan KA Argo Dwipangga, 2001 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria, 2002 untuk KA Argo Muria dan Sindoro, dan Argo Gede (sekarang Argo Parahyangan), 2008 untuk KA Argo Lawu, dan 2010 untuk KA New Argo Jati. KA Argo aslinya memiliki fasilitas yang lebih baik dari KA eksekutif satwa maupun campuran, tetapi sekarang semua KA eksekutif pelayanannya sama saja, perbedaan hanya tidak adanya TV di beberapa KA eksekutif campuran.

Kelas satwa dan campuranSunting

Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalamlegenda Indonesia. Seperti, Gajayana,SembraniTuranggaBimaTaksaka danBangunkarta.
Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.

Pengoperasian dan fasilitasSunting

Pelayanan kelas argo di atas yang lain, seperti TV, meja makan, pintu otomatis, dan terkadang jendela pesawat dan rak bagasi seperti pesawat. Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, dapat dilihat dari skema warna kereta. Meskipun begitu, pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang sama saja, dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya. (kereta yang dulunya dicat warna campuran, dan sekarang dicat warna argo, bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll.). Namun semua kereta eksekutif mulai dicat dengan livery seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.
Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupunemergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi.

PeremajaanSunting

Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian gerbong eksekutif dangerbong ekonomi AC baru buatan PT Inka Madiun[2] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian gerbong eksekutif baru ini menggantikan gerbong eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah. Ada pula gerbong retrofit, namun gerbong retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada dikereta api Cirebon Ekspres baru.[3]

PenomoranSunting

Salah satu rangkaian kereta api eksekutif Gajayana
Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenisbogie, dan zz (nomor urut). Misalnya:K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulik; yy adalah tahun operasi, danzz adalah nomor urut operasi. Contoh:K1 0 97 01, artinya gerbong eksekutif yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun 1997 (97), dan memiliki nomor urut 01 dan diikuti dua atau tiga huruf alfabet yang menandakan kepemilikan dipo.

Kereta api kelas eksekutif di IndonesiaSunting

Layanan kereta api kelas eksekutif (argo & satwa) di Pulau Jawa
Nama Kereta ApiRelasiDipo Kereta
Argo Bromo AnggrekGambir -Surabaya Pasar TuriSurabaya Pasar Turi (SBI)
Argo Dwipanggadan Argo LawuGambir -Solo BalapanSolo Balapan (SLO)
Argo Muriadan Argo SindoroGambir -Semarang TawangSemarang Poncol (SMC)
New Argo JatiGambir -CirebonCirebon (CN)
Argo WilisBandung -Surabaya GubengBandung (BD)
GajayanaGambir -MalangMalang (ML)
SembraniGambir -Surabaya Pasar TuriJakarta Kota (JAKK)
BimaGambir -MalangJakarta Kota (JAKK)
TaksakaGambir -YogyakartaYogyakarta (YK)
TuranggaBandung -Surabaya GubengSidotopo (SDT)
BangunkartaGambir -Surabaya GubengSidotopo (SDT)
Layanan kereta api kelas eksekutif di Pulau Sumatera
Nama Kereta ApiRelasiDipo Kereta
Limex SriwijayaKertapati -Stasiun Tanjung KarangTanjung Karang (TNK)
SribilahStasiun MedanStasiun Rantau PrapatMedan (MDN)
Sindang Marga Lubuk LinggauKertapati -Lubuk LinggauKertapati (KPT)