PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung |
|
---|---|
Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung |
|
Kantor Daop/Divre | |
Provinsi | Sumatera Selatan |
Kota | Palembang |
Kecamatan | Seberang Ulu II |
Kelurahan | 13 Ulu |
Alamat | Jalan Jenderal Achmad Yani No. 541 |
Kode pos | 30263 |
Informasi lain | |
Singkatan Daop/Divre | KPT (Subdivre III.1) TNK (Subdivre III.2) |
Stasiun tertinggi | +129 m (Lubuklinggau) |
Karakteristik jalur | Mayoritas lintas datar, emplasemen stasiun kecil dapat mencapai kurang lebih 1 kilometer, KA batubara lebih sering diproritaskan dibandingkan KA penumpang. |
Batas kecepatan tertinggi yang diizinkan | 70 s.d. 90 km/jam |
Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung (Divre III Sumsel & Lampung) adalah Divre KAI dengan wilayah kerja Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.
Daftar isi
Gambaran Umum
Perhitungan jarak rel kereta api dimulai dari stasiun Panjang, Lampung (KM 0) yang telah ditutup sejak beroperasinya Pelabuhan Bakauheni yang menghentikan hegemoni pelayanan kapal penumpang dari pelabuhan Panjang yang terintegrasi dengan jalur kereta api melalui stasiun Panjang. Dari pelabuhan tersebut, ruas jalur kereta api berakhir di Stasiun Prabumulih (Sumatera Selatan) km 332+705. Setelah itu jalur kereta api di Stasiun Prabumulih bercabang dua ke barat dan timur.Ke arah barat, jalur kereta berakhir di Lubuklinggau (Sumatera Selatan) di Km 549+448, sedangkan ke arah timur kereta berakhir di Kertapati (Palembang, Sumatera Selatan) di km 400+102.
Salah satu keunikan di Divre III ini ialah stasiun pada kota besar satu-satunya di wilayah kerjanya yaitu Palembang tidak terletak di pusat kota seperti halnya kota Bandarlampung yang memiliki Tanjungkarang tepat berada di pusat kota. Kertapati yang tepat berada di tepian sungai Musi menjadi stasiun ujung (rel spoor badug) , dimana jalurnya tak terhubung ke pusat kota sebab kemungkinan Belanda kesulitan untuk membangun jembatan KA melintasi sungai Musi pada masa lalu. [1]
Sejarah
Adapun rel KA pertama di Pulau Sumatera dibangun di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), kemudian Sumatera Selatan (1911). Tahun 1911, pembangunan rel KA dimulai oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mengerahkan ribuan orang di Palembang dan di Tanjungkarang.
Rel KA antara Tanjungkarang dan Palembang banyak melintasi hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa. Jalur KA ini berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa, di mana rel KA dibangun melintasi perkampungan-perkampungan. Penyebabnya, rel KA di Pulau Jawa disiapkan untuk angkutan manusia, sedangkan rel KA ini disiapkan Belanda untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.
Lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung. Jalur rel ini mulai dilalui kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas Prabumulih hingga Prabumulih mencapai jarak 78 kilometer.
Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan batu bara dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke Lahat. Di Lahat ada sebuah bengkel besar kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa Lahat) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api. [2]
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda melalui Zuid Soematera Spoorwegen (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di Lampung dan Sumatera Selatan hingga 529 km. Seluruhnya merupakan rel selebar 1.067 mm. Sementara mayoritas negara menggunakan rel selebar 1.435 mm yang menjaga stabilitas kereta lebih baik agar bisa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi .
Awalnya, ZSS berencana membangun rel hingga Tapanuli tetapi dihempaskan kebangkrutan perusahaan akibat resesi setelah Perang Dunia I, yaitu Great Depression yang ternyata berdampak ke rel di Sumatera. [3]
- Pembangunan Rel KA pada Masa Depan
Pembagian Wilayah Kerja
Karena wilayah kerja Divre III ini cakupannya cukup luas dibandingkan kedua divre lain di Sumatera dan meliputi dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Lampung, maka dibagilah dua wilayah (subdivre) dengan fungsi operasional yang serupa dengan Daop KAI di pulau Jawa, namun dengan tingkatan administratif dalam lingkup KAI yang lebih rendah daripada Divre maupun Daop. Divre III memiliki dua subdivre sebagai berikut:- Sub Divre III.1 Kertapati (KPT)
- Sub Divre III.2 Tanjungkarang (TNK)
Layanan Kereta Api
Kereta Penumpang
- KA Limex Sriwijaya (Palembang Kertapati - Bandarlampung Tanjungkarang)
- KA Rajabasa (Palembang Kertapati - Bandarlampung Tanjungkarang)
- KA Sindang Marga (Palembang Kertapati - Lubuklinggau)
- KA Serelo (Palembang Kertapati - Lubuklinggau)
- Bus rel Kertalaya (Palembang Kertapati - Indralaya/Universitas Sriwijaya)
- KRDI Seminung (Bandarlampung Tanjungkarang - Kotabumi)
- KRDI Way Umpu (Bandarlampung Tanjungkarang - Kotabumi)
Pengangkutan Barang[5]
- KA batu bara rangkaian panjang (KA BBR/babaranjang) PT Bukit Asam (Tanjungenim Baru - Tarahan)
- KA batu bara Kertapati (KA KPT) PT Bukit Asam Kertapati (Tanjungenim Baru - Palembang Kertapati)
- KA batu bara Sukacinta (KA SCT) PT Bara Alam Utama/PT Bara Multi Sugih Sentosa (Sukacinta - Palembang Kertapati)
- KA batu bara (KA PT SB) PT Semen Baturaja (Tanjungenim Baru - Tigagajah)
- KA minyak bumi (KA BBM) Pertamina (Palembang Kertapati - Lubuklinggau/Lahat/Tigagajah)
- KA semen klingker PT Semen Baturaja (Tigagajah - Palembang Kertapati)
- KA pulp/kayu (KA PT TEL) PT Tanjungenim Lestari (Niru - Tarahan)
Stasiun kereta api
- Stasiun Panjang (PJN)
- Stasiun Pidada (PID)
- Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
- Stasiun Tanjungkarang (TNK)
- Stasiun Labuanratu (LAR)
- Stasiun Gedungratu (GDR)
- Stasiun Rejosari (RJS)
- Stasiun Branti (BTI)
- Stasiun Tegineneng (TGI)
- Stasiun Rengas (RGS)
- Stasiun Bekri (BKI)
- Stasiun Hajipemanggilan (HJP)
- Stasiun Sulusuban (SLS)
- Stasiun Blambanganpagar (BBA)
- Stasiun Kalibalangan (KAG)
- Stasiun Candimas (CMS)
- Stasiun Kotabumi (KB)
- Stasiun Cempaka (CEP)
- Stasiun Negararatu (NRR)
- Stasiun Tulungbuyut (TLY)
- Stasiun Negeriagung (NGN)
- Stasiun Blambanganumpu (BBU)
- Stasiun Giham (GHM)
- Stasiun Tanjungrajo
- Stasiun Waytuba (WAY)
- Stasiun Waypisang (WAP)
- Stasiun Martapura (MP)
- Stasiun Gilas (GLS)
- Stasiun Airtuba
- Stasiun Sepancar (SPC)
- Stasiun Kemelak
- Stasiun Baturaja (BTA)
- Stasiun Tigagajah (TJH)
- Stasiun Lubukbatang
- Stasiun Belatung (BLT)
- Stasiun Kepayang
- Stasiun Belimbingairkaka (BIK)
- Stasiun Durian
- Stasiun Lubukrukam (LRM)
- Stasiun Peninjawan (PNW)
- Stasiun Talangbaru
- Stasiun Metur (MET)
- Stasiun Kotabaru (KOB)
- Stasiun Pagargunung (PGG)
- Stasiun Airasam (ASM)
- Stasiun Sukamerindu
- Stasiun Tanjungrambang (TJR)
- Pos Blok X5
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Simpang KM 3
- Stasiun Sukamenanti (SKM)
- Stasiun Tarahan (THN)
- Jalur kereta api Garuntang-Telukbetung
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Stasiun Lembak (LEB)
- Stasiun Karangendah (KED)
- Stasiun Gelumbang (GLB)
- Stasiun Serdang (SDN)
- Stasiun Payakabung (PYK)
- Stasiun Simpang (SIG)
- Stasiun Kertapati (KPT)
- Jalur kereta api Simpang-Indralaya/Universitas Sriwijaya
- Stasiun Simpang (SIG)
- Stasiun Indralaya (IDR)
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Stasiun Prabumulih Baru (PBR)
- Stasiun Penimur (PNM)
- Stasiun Niru (NRU)
- Stasiun Talangpadang (TAP)
- Stasiun Belimbingpendopo (BIB)
- Stasiun Tanjungterang (TGE)
- Stasiun Gunungmegang (GNM)
- Stasiun Ujanmas (UJM)
- Stasiun Penanggiran (PGR)
- Stasiun Muaragula (MRL)
- Stasiun Muaraenim (ME)
- Stasiun Banjarsari (BJS)
- Stasiun Sukacinta (SCT)
- Stasiun Lahat (LT)
- Stasiun Bungamas (BGM)
- Stasiun Sukaraja (SUA)
- Stasiun Saungnaga (SNA)
- Stasiun Tebingtinggi (TI)
- Stasiun Muarasaling (MSL)
- Stasiun Kotapadang (KOP)
- Stasiun Lubuklinggau (LLG)
- Jalur Muaragula-Tanjungenim Baru
- Stasiun Muaragula (MRL)
- Stasiun Tanjungenim Baru (TMB)
- Stasiun besar ialah stasiun yang tertulis tebal miring.
- Stasiun menengah ialah stasiun yang tertulis tebal.
- Stasiun kecil ialah stasiun yang tertulis normal.
- Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.
Bengkel dan sarana perawatan
Dipo Lokomotif Kertapati (KPT)
Di dipo lokomotif inilah terdapat lokomotif CC201 hidung miring,dengan eksterior seperti CC203. Di sini banyak terdapat lokomotif-lokomotif merah dan seluruh lokomotif CC204 generasi kedua untuk dinasan KA Batubara Kertapati, KA Batubara Kontener SCT, KA Pulp PT TEL, serta KA penumpang. Di sini pula terdapat armada KRD dan Railbus, serta memiliki KAIS (Kereta Api Inspeksi). Namun, dipo ini tidak memiliki turn table.Dipo Lokomotif Tanjung Karang (TNK)
Dipo lokomotif ini terletak di ibukota Lampung, yaitu Bandar Lampung. Dipo ini merupakan dipo lokomotif terbesar di pulau Sumatra. Dipo ini merupakan masih satu-satunya dipo yang memiliki lokomotif CC202 dan CC205 untuk melayani dinasan KA batubara atau yang dikenal dengan istilah KA Babaranjang. Fasilitas di dipo ini pun sangat memadai, dipo ini memiliki turntable dan baloon loop untuk memutar lokomotif. Dipo ini juga memiliki kereta derek (crane) yang bernama "Gajah Lampung."Sub-Dipo Lokomotif
Nama Sub-Dipo | Kode Sub-Dipo | Tempat |
---|---|---|
Sub-Dipo Lokomotif Lubuklinggau | LLG | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Lahat | LT | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Prabumulih | PBM | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Tarahan | THN | Divre III Sumatera Selatan |
Dipo Gerbong
Balai Yasa Lahat
Balai yasa ialah satuan tugas PT. KAI yang berfungsi sebagai "bengkel" komponen kereta api, adapun balai yasa Lahat melayani perawatan kereta api di wilayah Sumbagsel. Balai yasa dibangun bersamaan dengan dibangunnya jalan rel Muara Enim - Lahat pada tanggal 21 April 1924 oleh SS dan baru beroperasi tahun 1931 dengan nama Werkplaats.Awalnya balai yasa ini hanya untuk perawatan gerbong, kereta kayu, dan lokomotif uap. Tahun 1952 mulai merawat kereta baja buatan Beijnes Beverwijk. Lalu tahun 1957 mulai melaksanakan perawatan lokomotif diesel elektrik BB200. Terakhir, pada tahun 1984 melalui Proyek KP3BAKA, balai yasa Lahat diperbarui untuk mendukung KKBW untuk RCD dan lokomotif CC202 bergandar 18 ton. [8]