Papercraft Kereta api indonesia
Untuk membuka Papercraft Kereta api Lokomotif dan gerbong kereta api
Silahkan kunjungi blog kami yang ke-delapan yaitu ;
- Untuk Papercraft lokomotif dan stiker silahkan gmail kami di bawah ini
- Papercraft gerbong kereta api lengkap > Ekonomi, Bisnis dan Eksekutif
Klik DISINI untuk mengunjungi blog
Untuk Pesan ,Saran dan Kritik ;
Gmail: rosyad.rh8@gmail.com
Selasa, 08 Desember 2015
Rabu, 18 November 2015
Kereta Api Sumatra
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung |
|
---|---|
Divisi Regional III Sumatera Selatan-Lampung |
|
Kantor Daop/Divre | |
Provinsi | Sumatera Selatan |
Kota | Palembang |
Kecamatan | Seberang Ulu II |
Kelurahan | 13 Ulu |
Alamat | Jalan Jenderal Achmad Yani No. 541 |
Kode pos | 30263 |
Informasi lain | |
Singkatan Daop/Divre | KPT (Subdivre III.1) TNK (Subdivre III.2) |
Stasiun tertinggi | +129 m (Lubuklinggau) |
Karakteristik jalur | Mayoritas lintas datar, emplasemen stasiun kecil dapat mencapai kurang lebih 1 kilometer, KA batubara lebih sering diproritaskan dibandingkan KA penumpang. |
Batas kecepatan tertinggi yang diizinkan | 70 s.d. 90 km/jam |
Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung (Divre III Sumsel & Lampung) adalah Divre KAI dengan wilayah kerja Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.
Daftar isi
Gambaran Umum
Perhitungan jarak rel kereta api dimulai dari stasiun Panjang, Lampung (KM 0) yang telah ditutup sejak beroperasinya Pelabuhan Bakauheni yang menghentikan hegemoni pelayanan kapal penumpang dari pelabuhan Panjang yang terintegrasi dengan jalur kereta api melalui stasiun Panjang. Dari pelabuhan tersebut, ruas jalur kereta api berakhir di Stasiun Prabumulih (Sumatera Selatan) km 332+705. Setelah itu jalur kereta api di Stasiun Prabumulih bercabang dua ke barat dan timur.Ke arah barat, jalur kereta berakhir di Lubuklinggau (Sumatera Selatan) di Km 549+448, sedangkan ke arah timur kereta berakhir di Kertapati (Palembang, Sumatera Selatan) di km 400+102.
Salah satu keunikan di Divre III ini ialah stasiun pada kota besar satu-satunya di wilayah kerjanya yaitu Palembang tidak terletak di pusat kota seperti halnya kota Bandarlampung yang memiliki Tanjungkarang tepat berada di pusat kota. Kertapati yang tepat berada di tepian sungai Musi menjadi stasiun ujung (rel spoor badug) , dimana jalurnya tak terhubung ke pusat kota sebab kemungkinan Belanda kesulitan untuk membangun jembatan KA melintasi sungai Musi pada masa lalu. [1]
Sejarah
Adapun rel KA pertama di Pulau Sumatera dibangun di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), kemudian Sumatera Selatan (1911). Tahun 1911, pembangunan rel KA dimulai oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mengerahkan ribuan orang di Palembang dan di Tanjungkarang.
Rel KA antara Tanjungkarang dan Palembang banyak melintasi hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa. Jalur KA ini berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa, di mana rel KA dibangun melintasi perkampungan-perkampungan. Penyebabnya, rel KA di Pulau Jawa disiapkan untuk angkutan manusia, sedangkan rel KA ini disiapkan Belanda untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.
Lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung. Jalur rel ini mulai dilalui kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas Prabumulih hingga Prabumulih mencapai jarak 78 kilometer.
Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan batu bara dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke Lahat. Di Lahat ada sebuah bengkel besar kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa Lahat) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api. [2]
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda melalui Zuid Soematera Spoorwegen (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di Lampung dan Sumatera Selatan hingga 529 km. Seluruhnya merupakan rel selebar 1.067 mm. Sementara mayoritas negara menggunakan rel selebar 1.435 mm yang menjaga stabilitas kereta lebih baik agar bisa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi .
Awalnya, ZSS berencana membangun rel hingga Tapanuli tetapi dihempaskan kebangkrutan perusahaan akibat resesi setelah Perang Dunia I, yaitu Great Depression yang ternyata berdampak ke rel di Sumatera. [3]
- Pembangunan Rel KA pada Masa Depan
Pembagian Wilayah Kerja
Karena wilayah kerja Divre III ini cakupannya cukup luas dibandingkan kedua divre lain di Sumatera dan meliputi dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Lampung, maka dibagilah dua wilayah (subdivre) dengan fungsi operasional yang serupa dengan Daop KAI di pulau Jawa, namun dengan tingkatan administratif dalam lingkup KAI yang lebih rendah daripada Divre maupun Daop. Divre III memiliki dua subdivre sebagai berikut:- Sub Divre III.1 Kertapati (KPT)
- Sub Divre III.2 Tanjungkarang (TNK)
Layanan Kereta Api
Kereta Penumpang
- KA Limex Sriwijaya (Palembang Kertapati - Bandarlampung Tanjungkarang)
- KA Rajabasa (Palembang Kertapati - Bandarlampung Tanjungkarang)
- KA Sindang Marga (Palembang Kertapati - Lubuklinggau)
- KA Serelo (Palembang Kertapati - Lubuklinggau)
- Bus rel Kertalaya (Palembang Kertapati - Indralaya/Universitas Sriwijaya)
- KRDI Seminung (Bandarlampung Tanjungkarang - Kotabumi)
- KRDI Way Umpu (Bandarlampung Tanjungkarang - Kotabumi)
Pengangkutan Barang[5]
- KA batu bara rangkaian panjang (KA BBR/babaranjang) PT Bukit Asam (Tanjungenim Baru - Tarahan)
- KA batu bara Kertapati (KA KPT) PT Bukit Asam Kertapati (Tanjungenim Baru - Palembang Kertapati)
- KA batu bara Sukacinta (KA SCT) PT Bara Alam Utama/PT Bara Multi Sugih Sentosa (Sukacinta - Palembang Kertapati)
- KA batu bara (KA PT SB) PT Semen Baturaja (Tanjungenim Baru - Tigagajah)
- KA minyak bumi (KA BBM) Pertamina (Palembang Kertapati - Lubuklinggau/Lahat/Tigagajah)
- KA semen klingker PT Semen Baturaja (Tigagajah - Palembang Kertapati)
- KA pulp/kayu (KA PT TEL) PT Tanjungenim Lestari (Niru - Tarahan)
Stasiun kereta api
- Stasiun Panjang (PJN)
- Stasiun Pidada (PID)
- Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
- Stasiun Tanjungkarang (TNK)
- Stasiun Labuanratu (LAR)
- Stasiun Gedungratu (GDR)
- Stasiun Rejosari (RJS)
- Stasiun Branti (BTI)
- Stasiun Tegineneng (TGI)
- Stasiun Rengas (RGS)
- Stasiun Bekri (BKI)
- Stasiun Hajipemanggilan (HJP)
- Stasiun Sulusuban (SLS)
- Stasiun Blambanganpagar (BBA)
- Stasiun Kalibalangan (KAG)
- Stasiun Candimas (CMS)
- Stasiun Kotabumi (KB)
- Stasiun Cempaka (CEP)
- Stasiun Negararatu (NRR)
- Stasiun Tulungbuyut (TLY)
- Stasiun Negeriagung (NGN)
- Stasiun Blambanganumpu (BBU)
- Stasiun Giham (GHM)
- Stasiun Tanjungrajo
- Stasiun Waytuba (WAY)
- Stasiun Waypisang (WAP)
- Stasiun Martapura (MP)
- Stasiun Gilas (GLS)
- Stasiun Airtuba
- Stasiun Sepancar (SPC)
- Stasiun Kemelak
- Stasiun Baturaja (BTA)
- Stasiun Tigagajah (TJH)
- Stasiun Lubukbatang
- Stasiun Belatung (BLT)
- Stasiun Kepayang
- Stasiun Belimbingairkaka (BIK)
- Stasiun Durian
- Stasiun Lubukrukam (LRM)
- Stasiun Peninjawan (PNW)
- Stasiun Talangbaru
- Stasiun Metur (MET)
- Stasiun Kotabaru (KOB)
- Stasiun Pagargunung (PGG)
- Stasiun Airasam (ASM)
- Stasiun Sukamerindu
- Stasiun Tanjungrambang (TJR)
- Pos Blok X5
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Simpang KM 3
- Stasiun Sukamenanti (SKM)
- Stasiun Tarahan (THN)
- Jalur kereta api Garuntang-Telukbetung
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Stasiun Lembak (LEB)
- Stasiun Karangendah (KED)
- Stasiun Gelumbang (GLB)
- Stasiun Serdang (SDN)
- Stasiun Payakabung (PYK)
- Stasiun Simpang (SIG)
- Stasiun Kertapati (KPT)
- Jalur kereta api Simpang-Indralaya/Universitas Sriwijaya
- Stasiun Simpang (SIG)
- Stasiun Indralaya (IDR)
- Stasiun Prabumulih (PBM)
- Stasiun Prabumulih Baru (PBR)
- Stasiun Penimur (PNM)
- Stasiun Niru (NRU)
- Stasiun Talangpadang (TAP)
- Stasiun Belimbingpendopo (BIB)
- Stasiun Tanjungterang (TGE)
- Stasiun Gunungmegang (GNM)
- Stasiun Ujanmas (UJM)
- Stasiun Penanggiran (PGR)
- Stasiun Muaragula (MRL)
- Stasiun Muaraenim (ME)
- Stasiun Banjarsari (BJS)
- Stasiun Sukacinta (SCT)
- Stasiun Lahat (LT)
- Stasiun Bungamas (BGM)
- Stasiun Sukaraja (SUA)
- Stasiun Saungnaga (SNA)
- Stasiun Tebingtinggi (TI)
- Stasiun Muarasaling (MSL)
- Stasiun Kotapadang (KOP)
- Stasiun Lubuklinggau (LLG)
- Jalur Muaragula-Tanjungenim Baru
- Stasiun Muaragula (MRL)
- Stasiun Tanjungenim Baru (TMB)
- Stasiun besar ialah stasiun yang tertulis tebal miring.
- Stasiun menengah ialah stasiun yang tertulis tebal.
- Stasiun kecil ialah stasiun yang tertulis normal.
- Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.
Bengkel dan sarana perawatan
Dipo Lokomotif Kertapati (KPT)
Di dipo lokomotif inilah terdapat lokomotif CC201 hidung miring,dengan eksterior seperti CC203. Di sini banyak terdapat lokomotif-lokomotif merah dan seluruh lokomotif CC204 generasi kedua untuk dinasan KA Batubara Kertapati, KA Batubara Kontener SCT, KA Pulp PT TEL, serta KA penumpang. Di sini pula terdapat armada KRD dan Railbus, serta memiliki KAIS (Kereta Api Inspeksi). Namun, dipo ini tidak memiliki turn table.Dipo Lokomotif Tanjung Karang (TNK)
Dipo lokomotif ini terletak di ibukota Lampung, yaitu Bandar Lampung. Dipo ini merupakan dipo lokomotif terbesar di pulau Sumatra. Dipo ini merupakan masih satu-satunya dipo yang memiliki lokomotif CC202 dan CC205 untuk melayani dinasan KA batubara atau yang dikenal dengan istilah KA Babaranjang. Fasilitas di dipo ini pun sangat memadai, dipo ini memiliki turntable dan baloon loop untuk memutar lokomotif. Dipo ini juga memiliki kereta derek (crane) yang bernama "Gajah Lampung."Sub-Dipo Lokomotif
Nama Sub-Dipo | Kode Sub-Dipo | Tempat |
---|---|---|
Sub-Dipo Lokomotif Lubuklinggau | LLG | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Lahat | LT | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Prabumulih | PBM | Divre III Sumatera Selatan |
Sub-Dipo Lokomotif Tarahan | THN | Divre III Sumatera Selatan |
Dipo Gerbong
Balai Yasa Lahat
Balai yasa ialah satuan tugas PT. KAI yang berfungsi sebagai "bengkel" komponen kereta api, adapun balai yasa Lahat melayani perawatan kereta api di wilayah Sumbagsel. Balai yasa dibangun bersamaan dengan dibangunnya jalan rel Muara Enim - Lahat pada tanggal 21 April 1924 oleh SS dan baru beroperasi tahun 1931 dengan nama Werkplaats.Awalnya balai yasa ini hanya untuk perawatan gerbong, kereta kayu, dan lokomotif uap. Tahun 1952 mulai merawat kereta baja buatan Beijnes Beverwijk. Lalu tahun 1957 mulai melaksanakan perawatan lokomotif diesel elektrik BB200. Terakhir, pada tahun 1984 melalui Proyek KP3BAKA, balai yasa Lahat diperbarui untuk mendukung KKBW untuk RCD dan lokomotif CC202 bergandar 18 ton. [8]
Galeri
Lokomotif CC300
Lokomotif CC300
LOKOMOTIF CC300 | |
---|---|
Lokomotif CC 300 01 saat sedang test run.
|
|
Sumber tenaga: Diesel hidraulik | |
Perusahaan pembuat: | PT Industri Kereta Api (Persero) |
Model: | INKA CC 300 |
Tanggal dibuat: | 2012-2014 |
Data teknis | |
Roda | |
Susunan roda AAR: | C-C |
Klasifikasi UIC: | Co'Co' |
Dimensi | |
Lebar sepur: | 1.067 mm |
Panjang: | 14.135 mm |
Lebar: | 2.642 mm |
Tinggi (maksimum): | 3.575 mm |
Berat | |
Berat kosong: | 84 ton |
Bahan bakar dan kapasitas | |
Jenis bahan bakar: | High-Speed Diesel |
Kapasitas bahan bakar: | 3.800 liter |
Mesin, motor traksi, dan converter | |
Penggerak utama: | Caterpillar 3512B HD, V-12 |
Generator: | Caterpillar C18 |
Transmisi dan kinerja | |
Transmisi: | Voith Turbo Transmission L620reU2 |
Kecepatan maksimum: | 120 km/jam |
Daya mesin: | 2.500 hp |
Gaya traksi: | 270 kN |
Lain-lain | |
Rem lokomotif: | Pneumatic brake, rem udara tekan |
Informasi kepemilikan | |
Perusahaan pemilik: | Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan |
Pertama dinas | Test run tahun 2012 2013-saat ini (khusus untuk dinas Ditjen Perkeretaapian) |
Catatan kaki: [1] | |
Saat ini sudah ada 7 unit lokomotif CC 300 (CC 300 12 01, CC 300 12 02, CC 300 12 03, CC 300 13 01, CC 300 13 02, CC 300 14 01, CC 300 14 02) yang dibuat oleh PT Inka dan sedang menjalani test run di pabrik PT INKA. Direncanakan lokomotif ini akan ditempatkan di beberapa dipo lokomotif yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurut Agus Purnomo, Direktur Utama Inka, lokomotif ini cukup handal karena tahan banjir. Ia juga mengatakan bahwa proyek CC 300 adalah bekerjasama dengan Kemenhub, maka ada beban biaya pengembangan yang ditanggung oleh Inka. Sebesar Rp30 miliar rupiah dari Pemerintah Indonesia (PT INKA ikut membayar juga) telah dibayarkan untuk mengembangkan proyek lokomotif made in Indonesia itu. meskipun ketinggian banjir mencapai 1 meter, KA yang ditariknya masih bisa melaju. Sesungguhnya pengembangan lokomotif Inka itu sejak 2009, dan tidak menutup kemungkinan jika loko ini akan segera diekspor ke seluruh dunia, terutama bagi negara yang lintas KA-nya memiliki persoalan banjir.[3]
Lokomotif CC 300 diluncurkan pada tanggal 20 Mei 2013 bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.[4]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Railway Products PT Inka
- ^ Majalah KA Edisi Mei 2014, halaman 4
- ^ CC300, Lokomotif Tahan Banjir buatan INKA
- ^ Kompasiana: Lokomotif Canggih Buatan PT INKA
Sabtu, 14 November 2015
Kereta Api kelas Eksekutif
Kereta api eksekutif
Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburanselama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan, penumpang dapat juga memesan makanan danminuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi (kereta makan) yang didesain sebagai mini bar yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berkaraoke.
Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC204 mulai berdinas di Sumatera Selatan.
Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.
Kelas ArgoSunting
Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50/52 orang per kereta. Penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan namagunung yang berada dekat dengan kota tujuan kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek tujuanSurabaya, gunung Bromo tidak jauh dengan kota Surabaya, kereta api Argo Wilis tujuan Surabaya, gunung Wilis tidak jauh dengan kota Madiun, kereta api Argo Muria tujuan Semarang, gunung Muria tidak jauh dengan kotaSemarang, kereta api Argo Sindorotujuan Semarang, gunung Sindoro tidak jauh dengan kota Semarang,. Begitu pula dengan kereta api Argo Lawutujuan Solo, Gunung Lawu tidak jauh dengan kota Solo.
Pengecualian berlaku untuk kereta apiArgo Jati, Argo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosokWalisongo, Sunan Gunung Jati, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Nama Dwipangga sebenarnya berartigajah.
Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[1] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.
SejarahSunting
Kelas argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede, juga munculnya Argo Lawu pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo diganti dengan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria 1 menjadi Argo Sindoro, dan lahir juga KA Argo Jati pada 2007.
Kereta dan fasilitasSunting
KA Argo menggunakan KA terbaik dari INKA, yang dibuat antara tahun 1995 untuk KA Argo Bromo (sekarang menjadi milik KA Bima) dan Argo Gede (sekarang menjadi milik KA Argo Jati yang akhirnya menjadi milik KA Cirebon Ekspres), 1996 untuk KA Argo Lawu (sekarang dialokasikan juga ke KA Argo Dwipangga, Taksaka, dan Sancaka), 1997 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria, 1998 untuk KA Argo Wilis dan KA Argo Dwipangga, 2001 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria, 2002 untuk KA Argo Muria dan Sindoro, dan Argo Gede (sekarang Argo Parahyangan), 2008 untuk KA Argo Lawu, dan 2010 untuk KA New Argo Jati. KA Argo aslinya memiliki fasilitas yang lebih baik dari KA eksekutif satwa maupun campuran, tetapi sekarang semua KA eksekutif pelayanannya sama saja, perbedaan hanya tidak adanya TV di beberapa KA eksekutif campuran.
Kelas satwa dan campuranSunting
Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalamlegenda Indonesia. Seperti, Gajayana,Sembrani, Turangga, Bima, Taksaka danBangunkarta.
Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.
Pengoperasian dan fasilitasSunting
Pelayanan kelas argo di atas yang lain, seperti TV, meja makan, pintu otomatis, dan terkadang jendela pesawat dan rak bagasi seperti pesawat. Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, dapat dilihat dari skema warna kereta. Meskipun begitu, pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang sama saja, dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya. (kereta yang dulunya dicat warna campuran, dan sekarang dicat warna argo, bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll.). Namun semua kereta eksekutif mulai dicat dengan livery seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.
Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupunemergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi.
PeremajaanSunting
Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian gerbong eksekutif dangerbong ekonomi AC baru buatan PT Inka Madiun[2] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian gerbong eksekutif baru ini menggantikan gerbong eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah. Ada pula gerbong retrofit, namun gerbong retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada dikereta api Cirebon Ekspres baru.[3]
PenomoranSunting
Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenisbogie, dan zz (nomor urut). Misalnya:K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulik; yy adalah tahun operasi, danzz adalah nomor urut operasi. Contoh:K1 0 97 01, artinya gerbong eksekutif yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun 1997 (97), dan memiliki nomor urut 01 dan diikuti dua atau tiga huruf alfabet yang menandakan kepemilikan dipo.
Kereta api kelas eksekutif di IndonesiaSunting
Layanan kereta api kelas eksekutif (argo & satwa) di Pulau Jawa
Nama Kereta Api | Relasi | Dipo Kereta |
---|---|---|
Argo Bromo Anggrek | Gambir -Surabaya Pasar Turi | Surabaya Pasar Turi (SBI) |
Argo Dwipanggadan Argo Lawu | Gambir -Solo Balapan | Solo Balapan (SLO) |
Argo Muriadan Argo Sindoro | Gambir -Semarang Tawang | Semarang Poncol (SMC) |
New Argo Jati | Gambir -Cirebon | Cirebon (CN) |
Argo Wilis | Bandung -Surabaya Gubeng | Bandung (BD) |
Gajayana | Gambir -Malang | Malang (ML) |
Sembrani | Gambir -Surabaya Pasar Turi | Jakarta Kota (JAKK) |
Bima | Gambir -Malang | Jakarta Kota (JAKK) |
Taksaka | Gambir -Yogyakarta | Yogyakarta (YK) |
Turangga | Bandung -Surabaya Gubeng | Sidotopo (SDT) |
Bangunkarta | Gambir -Surabaya Gubeng | Sidotopo (SDT) |
Layanan kereta api kelas eksekutif di Pulau Sumatera
Nama Kereta Api | Relasi | Dipo Kereta |
---|---|---|
Limex Sriwijaya | Kertapati -Stasiun Tanjung Karang | Tanjung Karang (TNK) |
Sribilah | Stasiun Medan- Stasiun Rantau Prapat | Medan (MDN) |
Sindang Marga Lubuk Linggau | Kertapati -Lubuk Linggau | Kertapati (KPT) |
Langganan:
Postingan (Atom)